Selasa, 11 Januari 2011

MAKALAH RESPIRASI TUMBUHAN



MAKALAH RESPIRASI TUMBUHAN



DISUSUN OLEH:
Nama      : Theodorus s.p
Nim         : 0901021
Dosen    : Islamudin Ahmad, S.si, Apt


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAN
MAKASSAR
201O

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini di tulis  dengan tujuan, untuk memberikan ataupun menambah pengetahuan dan pemahaman bagi siapa saja yang membaca makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis menyadari segala keterbatasan yang kami miliki sehingga dalam makalah ini masih banyak yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat berterimakasih apabila ada kritikan dan saran yang bersifat membangun dari staf dozen atau siapa saja yang membaca makalah ini.



Penyusun
                                                                                            
                                                                                                Theodorus S.P.




BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mahkluk hidup termasuk didalamnya tumbuhan dan hewan baik mikroorganisme maupun makroorganisme sama – sama memiliki aktifitas   tertentu dalam mempertahankan hidupnya, salah satunya adalah respirasi. Namun apakah respirasi tumbuhan sama dengan respirasi hewan?? Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya.
Dengan adanya perbedaan dari aktifitas hewan dan tumbuhan, terlebih khusus pada proses respirasi. Maka melalui makalah ini diharapkan dapat memberikan paparan yang relefan menganai respirasi pada tumbuhan.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian atu definisi dari respirasi?
2. Jenis – jenis respirasi?
3. Dimana lertak respirasi dalam sel?
4. Hasil respirasi?
I.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk memberikan pemahaman maupun menambah pengetahuan tentang proses respirasi pada tumbuhan bagi siapa saja yang membaca makalah ini




BAB II
PEMBAHASAN
1.  Pengertian Respirasi
Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan energi kimiawi menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup tumbuhan. Energi ini diproleh dengan cara menyadap energi kimia yang terbentuk dalam moleul organik yang disintesis oleh proses fotosintesis. Proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel itu dikenal dengan istilah proses respirasi. Biasanya respirasi sel-sel tumbuhan berupa oksidasi molekul organik oleh oksigen dari udara membentuk karbon dioksida dan air.
2.  Jenis – jenis Respirasi Pada Tumbuhan
ü Respirasi Aerobik
Adalah proses biologi dimana senyawa organik tereduksi dimobilisasi dan kemudian dioksidasi secara terkontrol. Dalam proses ini energi bebas dilepaskan dan kemudian digabungkan dalam bentuk ATP, yang dapat segera digunakan dalam perkembangan tanaman.
Respiarsi aerobik secara umum disebut oksidasi senyawa gula berkarbon 6 (glukosa ). Dengan reaksi dasar:
C6H12O6 + O2 + H2O                       6 CO2 + 12 H2O
Glukosa di oksidasi secara sempurna menjadi CO2, dan oksigen (akseptor hidrogen terakhir) direduksi menjadi air. Oksidasi glukosa dilakukan secara bertahap dalam beberapa rangkaian reaksi guna menghindari kerusakan struktur seluler ( kebakaran) akibat pelepasan energi yang sangat besar.
Tahap – tahap repirasi aeobik ( oksidasi glukosa):
1.    Glikolisis
Istilah glikolisis yang berarti pemecahan gula, diperkenalkan pada tahun 1909 untuk maksud perombakan gula menjadi etil alkohol. Tetapi sebagian sel akan menghasilkan asam piruvat, bukan etanol, jika mendapat aerasi secara normal. Glikolisis terjadi pada semua organisme hidup. Secara evolusi, tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling tua dari ketiga tahapan respirasi.
Glikolisis merupakan tahapan pertama respirasi, dimana glukosa dipecah menjadi 2 buah senyawa 3 karbon, yang kemudian dioksidasi dan diubah menjadi asam piruvat, yang akan digunakan dalam siklus asam trikarboksilat. Oksigen tidak dibutuhkan pada konversi glukosa menjadi asam piruvat, sehingga glikolisis dianggap sebagai cara menghasilkan energi pada jaringan tanaman ketika konsentrasi oksigen rendah.
Tahapan reaksi glikolisis dimulai dengan terjadinya dua kali fosforilasi glukosa/fruktosa, dan kemudian pecah menjadi 2 buah senyawa gula 3 karbon: glyceraldehyde-3-phosphat Reaksi ini memerlukan 2 ATP/glukosa Setelah terbentuk glyceraldehyde-3-phosphat, jalur glikolisis ini mulai dapat mengekstrak energi. Jika tidak terdapat O2, siklus asam trikarboksilat dan transport elektron tidak terjadi, sehingga reaksi glikolisis tidak dapat berlanjut karena tidak adanya suplai NAD+. Akibatnya reaksi yang dikatalisis oleh glyceraldehyde-3-phosphat dehidrogenase tidak dapat berlangsung.
2.    Siklus Krebs / daur trikarboksilat
 Dinamakan siklus krebs untuk menghargai ahli biokimia dari ingris, Hans A Krebs, yang pada tahun 1937 mengajukan suatu daur reaksi untuk menerangkan cara perombakan piruvat pada otot dada burung merpati. Siklus krebs terjadi di matriks pada mitokondria. Siklus asam trikarboksilat disebut juga siklus asam sitrat karena pentingnya asam sitrat sebagai substrat intermediet dalam siklus ini
 Asam piruvat hasil glikolisis, ketika memasuki matriks mitokondria, didekarboksilasi oksidatif sehingga menghasilkan NADH, CO2, dan asam asetat. Asam asetat selanjutnya digabungkan dengan coenzim A, membentuk Asetil CoenzimA (asetil co A). Konversi asam piruvat menjadi asetil coA terdiri atas tiga tahapan yaitu dekarboksilasi, oksidasi dan konjugasi dengan Asetil coA. Oksidasi piruvat dalam mitokondriamenghasilkan 3 molekul CO2, 4 NADH,FADH dan ATP.
3.    Transpor Elektron
Elektron berenergi tinggi yang ditangkap selama siklus asam trikarboksilat harus diubah menjadi ATP, untuk dapat dimanfaatkan. Untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi melalui glikolisis dan siklus Krebs, akan dihasilkan 2 NADH dalam sitosol, 8 NADH dan 2 FADH2 dalam matriks. NADH + H+ + ½ O2                    NAD+ + H20.
Oksidasi glukosa secara sempurna menghasilkan 4 ATP, 2 NADH dalam sitosol, 8 NADH dan 2 FADH2 dalam mitokondria. Karena 1 NADH setara dengan 3 ATP dan 1 FADH2 setara 2 ATP, maka dari 1 molekul glukosa dihasilkan total 38 ATP.  Secara umum 56 % dari total energi yang tersedia dalam glukosa dapat dikonversi menjadi ATP.
ü  Respirasi Anaerobik
Respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa menggunakan oksigen.  Dalam kondisi tidak ada oksigen, tanaman melakukan metabolisme fermentatif. Fermentasi dapat terjadi melalui fermentasi alkohol atau fermentasi asam laktat.
Laktat dianggap merupakan produk akhir fermentasi yang relatif lebih berbahaya dibanding alkohol karena akumulasi laktat berdampak pada penurunan pH sitosol.
3.  Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Laju respirasi
1.    Keadaan protoplasma : Jaringan maristematik yang banyak mengandung sitoplasma akan  memiliki laju respirasi yang tinggi.
2.    Ketersediaan subtrat terlarut
Laju respirasi akan meningkat dengan dengan meningkatnya subtrat respirasi terlarut. Tumbuhan yang kekurangan pati, fruktan atau gulanya rendah melakukan respirasi pada laju yang rendah.
3.    Hidrasi jaringan: Laju respirasi akan meningkat dengan meningkatnya hidrasi jaringan.
4.    Temperatur: Sampai dengan suhu tertentu Q10 respirasi = 2-3
5.    Konsentrasi oksigen: Penurunan oksigen akan akan menurunkan dekarboksilasi pada siklus krebs, akibatnya terjadinya hambatan pada ooksidsi NADH2, NADPH2 dan FADH2.
6.    Konsentrasi CO2 : Meningkatnya konsentrasi CO2 akan menurunkan respirasi dan pada konsentrasi yang tinggi akan menimbulkan keracunan.
7.    Stimulasi mekanik : Akan meningkatkan laju respirasi
8.    Pelukaan dan infeksi: akan meningkatkan laju respirasi akibat meningkatnya metabolisme dalam meristem sekunder.
9.    Garam – garam organik : akan  meningkatkan laju respirasi
10. Cahaya : akan meningkatkan respirasi laju respirasi terutama pada daerah yang berklorofil.    
11.  Jenis tumbuhan : Umumnya bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan berbijji. Ini dikarenakan fungi dan bakteri mengandung hanya sedikit cadangan  makanan dan tidak mempunyai sel berkayu nonmetabolik.
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
1.    Respirasi pada tumbuhan merupakan proses pelepasan energi yang menyediakan energi bagi keperluan sel.
2.    Respirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a)    Respirasi anaerob: proses respirasi tanpa menggunkan oksigen
b)    Respirasi aerob: Proses respirasi dengan membutuhkan oksigen
3.    Hasil dari respirasi:
a)    Respirasi anaerob ( fermentasi) menghasilkan asam laktat atau etanol.
b)    Respirasi aerob:
*      Glikolisis : menghasilkan 2 NADH ( 1 NADH= 3 ATP) = 6 ATP
*      Daur krebs : menghasilkan 2 ATP+ 8 NADH + 2 ubikuinol( 1 ubikuinol = 2 ATP) jadi jumlah total ATP= 30
Jadi jumlah total = 36 untuk satu molekul glukosa.
4.    Faktor- fakor yang mempengruhi laju respirasi: Keadaan protoplasma : ,Ketersediaan subtrat terlarut, Hidrasi jaringan, Temperatur, Konsentrasi oksigen, Konsentrasi CO2 , Stimulasi mekanik , Pelukaan dan infeksi, Garam – garam organik , Cahaya , Jenis tumbuhan

















DAFTAR REFERENSI
1.     Salisbury B Frank, Ross W Cleon. Fisiologi tumbuhan jilid 2. Bandung.  
           Penerbit ITB. p. 86- 100
2.    Kimball W John. Biologi ed.5 Jilid 1. Erlangga. Jakarta. p . 171- 190
3.    Anonim. Hhtp:// respirasisi- tumbuhan-fix.pdf. 24/6/2010


LAPORAN FARMAKOLOGI/TOKSIKOLOGI

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
JURUSAN FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAN

LAPORAN PRAKTIKUM
“HORMON”
Copy (2) of STIFA KBS



OLEH :
                                    NAMA            :     THEODORUS S.P
                                    NIM                 :     09 01 021
                                    KELOMPOK  :     I (SATU )
                                    ASISTEN        :     APOLAROSA TJENDRA


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAAN
MAKASSAR
2009


BAB I
PENDAHULUAN

I.1    Latar Belakang
Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin. Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh  dan dengan demikian membantu memelihara homeostatis glukosa darah. Pemberian preparat insulin dapat mencegah mortilitas yang berhubungan dengan diabetes. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
Dalam bidang farmasi seringkali dilakukan penelitian untuk mengetahui khasiat dari bebagai senyawa aktif yang dikandung dari berbagai bahan- bahan alam terlebih efek farmakologinya. Seperti pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek farmaklogi dari obat metformin, glibenklamid, dan glukovance terhadap hewan coba mencit. Sehingga dari percobaan ini bisa diketahui golongan obat- obat antidiabetes, berdasarkan hal tersebut maka sangat penting dilakukan percobaan ini.  
 
I.2    Maksud dan Tujuan
I.2.1    Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami efek farmakologi yang ditimbulkan obat – obat antidiabetes terhadap mencit (Mus musculus).
I.2.2    Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh  obat – obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin dan glucovance terhadap kadar gula darah hewan coba mencit (Mus musculus).
I.2.3    Prinsip Percobaan
Penentuan efek farmakologi dari obat-obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin, dan glucovance terhadap hewan coba mencit  berdasarkan kadar gula darah mencit (Mus musculus) yang diukur kadar gula darahnya setiap 10’, 20’ dan 30’ setelah diinduksi dengan glukosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1   Teori Umum
Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik . Sistem neuroendokrin yang diatur oleh kelenjar hipofisis dari hipotalamus, mengkoordinasi fungsi-fungsi tubuh dengan memancarkan pesan-pesan antara sel-sel dan jeringan-jaringan. Susunan saraf secara local berhubungan melalui impuls listrik dan neurotransmitter yang diarahkan melalui neuron ke neuron lain atau organ target yang spesifik, seperti otot atau kelenjar (1)
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin. Hormon peptide disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau langerhans ( sel beta yang menghasilkan insulin, sel alfa yang menghasilkan glucagon, dan sel D yang menghasilkan somastatin).  Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh  dan dengan demikian membantu memelihara homeostatis glukosa darah. Pemberian preparat insulin dapat mencegah mortilitas yang berhubungan dengan diabetes. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute. (1)
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Disintesis sebagai protein precursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin  dan peptide C , keduanya disekresi oleh sel beta pangkreas. (2)
Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator automik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel beta pankreas. Kadar ATP meningkatkan dan menghambat saluran K+ , menyebabkan membrane sel depolirasasi dan influx Ca++, yang menyebabkan pulsasi eksositosis insulin. (2)
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute. Diabetes dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan kebutuhan atas insulin yaitu diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM atau tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau tipe II) (2).
Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak, tetapi IDDM dapat juga terjadi  di antara orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel-β berat. Diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar  hemoglobin glikosilat yang dapat diterima,dan mencegah ketoasidosis (2).
Diabetes dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kebutuhan insulin yaitu: ( 2 )
1.    Diabetes tipe I ( diabetes tergantung insulin )
Penyebab diabetes tipe I yaitu ledakan sekresi insulin pada kadaan normal terjadi satelah menelan makanan sebagai respon terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam amino yang bersirkulasi.
   Pengobatan diabetes tipe I yaitu diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan ) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat (HbA) yang dapat diterima dan mencegah ketoasidosis.
2.    Diabetes tipe II ( tidak tergantung insulin / NIDDM )
Penyebab tipe II yaitu pankreas masi mempunyai beberapa funsi sel-β, yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara.
Pengobatan tipe II yaitu memelihara konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit jangka lama.
Penggolongan obat hipoglikemik yaitu : ( 2 )
1.      Sulfonilurea
Mekanisme kerjanya yaitu :
Ø  Merangsang pelepasan insulin dari sel-β pankreas
Ø  Mengurangi kadar glukosa dalam serum
Ø  Meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor
2.      Biguanida
Mekanisme kerja: mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis.
II.2   Uraian Hewan Coba
II.2.1  Karakteristik Hewan Coba (4)
          Karakteristik dari hewan coba (mencit) yaitu :
Masa berahi               :  4 – 5 hari
Masa hamil                 :  19 - 21 hari
Jumlah sekali lahir   :  10 -12 ekor
Berat lahir                   : 0,5 – 1,5 g
Masa hidup                :  1,5 - 3 tahun
Produksi anak            : 8 / bulan
Suhu tubuh                :  36,5 – 38,00 c
Jumlah pernapasan :  94 – 163 per menit
Tekanan darah          :  113 – 147/ 81 – 106 mmHg
Volume darah            :    76 – 80 mg/ kg
Luas permukaan       :  20 g : 36 cm
II.2.2   Klasifikasi Hewan Coba (6)
Mencit merupakan salah satu jenis hewan menyusui dengan  klasifikasi sebagai berikut  :
Kingdom           :           Animalia
Phylum             :           Chordata
Class                 :           Mammalia
Ordo                  :           Rodentia
Family               :           Murinae
Genus               :           Mus
Species             :          Mus musculus
II.3   Uraian Bahan
1.    Natrium Karboksimetilselulosa (3)
Nama resmi           :           Natrii Carbxymethylcellulosum
Sinonim                  :           Natrium Karbosimetilselulosa
RM/BM                    : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Rumus bangun    :
                                 : ExcCarboxymethylcelluloseSodiumC001
Pemerian               :           Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hamper tidak berbau; higroskopik.
Penyimpanan          :           Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                 :           Sebagai kontrol
  1. Aquadest (3 )
Nama resmi              :  Aqua Destillata
Nama lain                 :  Air suling
RM/BM                       :  H2O/18,02
Pemerian                  :  Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                 :  Sebagaai pelarut
3.  Metformin (8)
Nama resmi           : Metformini Hydrochloridi
Nama lain              : Metformin hidroklorida
Pemerian               : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
Kelarutan               :    Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
RM / BM                  : C4H11N5.HCl / 165,6
Rumus struktur     :      NH    NH
                                NCNH.CNH2-HCl
Dosis etiket            : 500 mg
Dosis maksimum : 1,3 mg
Bentuk sediaan     : Tablet
Penyimpanan       : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan              : Sebagai sampel
Khasiat                   : antidiabetik
Kontra indikasi      : Kadar insulin, glukosa dan asam lemak bebas menurun. (2)
Mekanisme kerja : Berdaya mengurangi resisten insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. (7)
Indikasi                   :   mengurangi hiperlipidemia , kolesterol LDL dan  
                                        VLDL menurun dan kolesterol HDL meningkat. (2)
Farmakokinetik       : mudah diabsorbsi per – oral, tidak terikat dengan protein serum dan tidak dimetabolisme. Eksresi melalui urin (2)
Farmakodinamik    : Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis. (2)
Efeksamping           : penggunaan jangka panjang dapat mempengaruhi absorbsi vitamin B12, insufisiensi ginjal dan hati. (2)
1.  Glibenklamida ( 8 )
Nama resmi                : Glibenclamidum
Nama lain                   : Glibenklamida
Pemerian                    : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau / hampir tidak berbau
RM / BM                      : C23H28CIN3O5S/ 494,0
Rumus struktur       : a
                                                          CO-NH-CH2-CH2                  
                                                        OCH3
                                                          SO2-NH-CO-NH
Dosis etiket                 : 5 mg
Dosis maksimum      : 1.3 mg
Bentuk sedian           : Tablet
Penyimpanan            : Dalam wadah tetutup baik
Khasiat                        : Antidiabetik
Kegunaan                  : Sebagai sampel
Farmakokinetik          : potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya dieksresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21 % selama11/2 tahun. Karena semua sulfonilurea dimetabolisme di hepar dan dieksresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat. (5)
Farmakodinamik       : merangsang insulin dari granul, sel beta langerhans pangkreas. Rangsanganya melalui interaksi ATP-sensitive K chanel pada membran sel-sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. (5)
Indikasi                       : pada keadaan yang gawat seperti stres,komlikasi infeksi dan pendarahan, insulin tetap merupakan terapi standar (5)
Kontra indikasi         : Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul . Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan masa kerja panjang. Efek samping lain yaitu reaksi alergi jarang sekali terjadi mual,muntah, diare, gejala hemtologik, susunan saraf pusat,mata dan sebagainya (5)
Mekaisme kerja        : Merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-β merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. (5)
BAB III
METODE KERJA

III.1    Alat dan Bahan
III.1.1    Alat
         Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: glukometer, gelas kimia, hot plate, kanula, lumpang dan alu, neraca analitik, platform, pisau katter, dan timbangan kasar
III.1.2    Bahan
                     Bahan – bahan yang digunakan yaitu: aquadest, glibenklamid, glukosa 50%, glukovance , kertas parkamen, strip , metformin HCl dan Na.CMC
III.2    Cara Kerja
III.2.1    Penyiapan Hewan Coba
1.    Disiapkan hewan coba berupa mencit yang sehat
2.    Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam
3.    Mencit ditimbang sebanyak 4 ekor
4.    Mencit diberi tanda
5.    Mencit siap digunakan


III.2.2    Penyiapan Bahan
1.    Na. CMC
-       Ditimbang Na CMC sebanyak 350 mg
-          Dipanaskan Air suling sebanyak 350 ml dipanaskan hingga 70oC, diangkat dan dibiarkan hangat
-          Disiapkan  lumpang dan alu, dimasukkan NaCMC dan ditambahkan air sedikit demisedikit ad 350 ml
-          Digerus terus menerus hingga terbentuk suspensi
2.    Pembuatan sediaan glukosa 50%
-          Disiapkan alat dan bahan
-          Ditimbang sukrosa 50 g
-          Dilarutkan dalam 100 ml aquadest ad homogen
3.    Pembuatan sediaan glibenklamid
-          Disiapkan alat dan bahan.
-          Ditimbang tablet glibenklamid satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
-          Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
-          Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap digunakan.

4.      Pembuatan sediaan metformin
-          Disiapkan alat dan bahan.
-          Ditimbang tablet metformin satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
-          Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
-          Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,63 ml dan sediaan siap digunakan.
5.      Pembuatan sediaan Glukovance
-          Disiapkan alat dan bahan.
-          Ditimbang tablet glukovans satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
-          Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 165 kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
-          Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap digunakan.




III.2.3    Perlakuan Hewan Coba
1.    Mencit I
·           Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
·            Diberi glukosa 50% sebanyak  1 ml
·         Dibiarkan selama 15 menit
·            Diukur kadar gula darah mencit
·            Diberi Na CMC sebanyak 1 ml
·            Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30
2.    Mencit II
·            Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
·            Diberi glukosa 50% sebanyak  1 ml
·            Diukur kadar gula darah mencit
·            Diberi sediaan metformin sebanyak 0,6 ml secara oral
·            Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.
3.    Mencit III
·         Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
·          Diberi glukosa 50% sebanyak  1 ml
·         Diukur kadar gula darah mencit
·         Diberi sediaan glukovance sebanyak 0,7 ml secara oral
·         Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.
3.    Mencit IV
·               Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
·                Diberi glukosa 50% sebanyak  1 ml
·               Diukur kadar gula darah mencit
·               Diberi sediaan glibenklamid sebanyak 0,6 ml secara oral
·               Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.








BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1    Tabel Pengamatan
No
Zat uji
Berat mencit
Kadar gula awal (mg/dL)
Sesudah diinduksi
(mg/ dL)
Kadar gula darah (mg/dL) setelah menit
10’
20’
30’
1
Na CMC
20
80
116
570
185
117
2
Metformin
19
22
313
338


3
glibenklamid
20
65
278
427


4
Glukovance
19
69
312
517
228
98



















BAB V

PEMBAHASAN


            Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar gula darah pada mencit. dengan memakai alat glukometer yang merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kadar gula darah. Pertama-tama diukur kadar gula darah awal dari mencit, setelah kadar gula darah awal mencit diketahui, diinduksi dengan pemberian sediaan glukosa 50% dibiarkan selama 15 menit kemudian diukur kadar gula darahnya mencit pertama diberi Na CMC, mencit kedua diberi glukovance dan mencit ketiga diberi glibenklamid dan mencit ke empat diberi metformin.
Untuk mencit yang diberi Na CMC, setelah diberi sediaan, diukur gula darah dan kadar gula darahnya meningkat terus sampai pada menit ke 10, dan turun kembali pada menit ke 20 dan 30. Na CMC pada percobaan ini berfungsi sebagai kontrol, yang tidak memberikaan efek, jadi penurunan kadar gula darah pada menit ke 20 dan 30 dikarenakan induksi glukosa telah bereaksi dengan insulin sehingga kadar gula darah kembali pada kadar gula darah normal.
Untuk mencit yang diberi glibenklamid, setelah diberi obat, kadar gulanya terus meningkat sampai menit 10 namun pada menit ke 20 dan 30 belum diketahui apakah kadar gula darahnya terus bertanbah atau sebaliknya. Ini dikarenakan praktikan kehabisan strip untuk pengukur kadar gula darah. Akan tetapi sesuai dengan literetur obat glibenklamid merupakan obat turunan sulfonylurea yang dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini termasuk obat anti diabetika. Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah dilanjutkan pada praktikum ini maka pada menit ke 20 atau menit 30 kadar gula darah akan turun melewati kadar gula darah awal kemudian kembali pada kadar gula darah normal. Obat-obat golongan ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet.
                       Mekanisme kerja glibenklamid yaitu merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-β merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Pada pemberian obat metformin, setelah diberi obat, kadar gulanya terus meningkat sampai menit ke-10 namun pada menit ke - 20 dan 30 belum diketahui apakah kadar gula darahnya terus bertambah atau sebaliknya. Ini dikarenakan praktikan kehabisan strip untuk pengukur kadar gula darah. Akan tetapi sesuai dengan literetur obat metformin merupakan obat turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemi. Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah dilanjutkan pada praktikum ini maka pada menit ke 20 atau menit 30 kadar gula darah akan terus naik sampai glukosa yang diinduksi ketubuh mencit habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula darah kembali pada kadar gula awal atau normal.
mekanisme kerja metformin yaitu berdaya mengurangi resisten insulin,
meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin.
           Menurut literatur obat yang efektif menurunkan kadar gula darah yaitu glibenklamid dimana selama 24 jam dapat tercapai regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal. Adapun gula darah normal yakni 80 – 120 mg/ dL sedangkan kadar darah tinggi yaitu 248- 372 mg / dL





BAB VI
PENUTUP


VI . I Kesimpulan
Dari hasil pangamatan dapat disimpulkan bahwa:
1.        Obat glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonylurea yang cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe II.
2.        Obat metformin merupakan obat antihipoglikemi golongan biguanida yang cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe I
VI.2 Saran
              Kebersihan laboratorium diperhatikan.



DAFTAR PUSTAKA


1.    Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Farmakologi Toksikologi, Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan, Makassar, 2009.p.67-68
2.    Myceck J Mary,  Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta,
2002.p.259-261
3.    Dirjen POM. Farmakope Indonesia ed. III, Depkes RI. Jakarta, 1979.p. 96,
401
4.    Malole, M.B.M.Penanganan hewan percobaan. Bandung: ITB.1989.p.97
5.    Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi
ed.V.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2007. p. 490.
6.    Anonim.http://id.Wikipedia.org/wiki/mencit.com.18 Desember 2010
7.    Tjay Hoan Tan. Obat  obat penting ed.IV.Jakarta: PT Gramedia.202. p.
567, 568
8.    Dirjen POM.Farmakope Indonesia Ed.IV.Jakarta.Depkes
RI.1995.p.410,534, 569
PERHITUNGAN BAHAN
1.    Glibenklamid
DE                        :           5  mg
FK             :           0,0026
Dosis untuk mencit       =          5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
                                                   DM
Dosis yang ditimbang    =                            x  Bobot  rata – rata tablet
                                                   DE
                                                   0,013mg
                                       =       —————  x  214 mg
                                                    5  mg
                                       =          0,56 mg/mlx100 ml
                                           = 56 mg = 0,056 b/v
Volume pemberian untuk mencit   =       20
                                                                   ——   x  1 ml = 0,67 ml
                                                                     30










2.    Glukovance
DE                        :           500  mg
FK             :           0,0026
Dosis untuk mencit     =            500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
                                        DM
Dosis yang ditimbang =          x  Bobot  rata – rata tablet
                                         DE     
                                                 1,3mg
                                    =       —————  x  634,4mg
                                                 500  mg
                                    =          1,65 mg/ml x 100 ml
                                       = 165 mg = 0,165 b/v
Volume pemberian untuk mencit   =       20
                                                                   ——   x  1 ml = 0,67 ml
                                                                     30









3.    Metformin
DE                        :           500  mg
FK             :           0,0026
Dosis untuk mencit       = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
                                         DM
Dosis yang ditimbang               =            x  Bobot  rata – rata tablet
                                         DE
                                          1,3 mg
 =         x  593,2 mg
                                           500  mg
 =  1,54 mg/ml x 100 ml
 = 154 mg 0,154 b/v
Volume pemberian untuk mencit   =       19
                                                                   ——   x  1 ml = 0,63 ml
                                                                     30










Perhitungan data pengamatan
1.    Rata-rata Na CMC         =            206 + 170 + 165
                                                            ———————— = 180,5
                                                                        3

2.    Rata-rata glukosa 50% =          155 + 159 + 171
                                                            ———————— = 161,6
                                                                        3

3.    Rata-rata glibenklamid =          33 + 57 + 77
                                                            —————— = 55,6
                                                                        3