LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
JURUSAN FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAN
LAPORAN PRAKTIKUM
“HORMON”
OLEH :
NAMA : THEODORUS S.P
NIM : 09 01 021
KELOMPOK : I (SATU )
ASISTEN : APOLAROSA TJENDRA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAAN
MAKASSAR
2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik. Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin. Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh dan dengan demikian membantu memelihara homeostatis glukosa darah. Pemberian preparat insulin dapat mencegah mortilitas yang berhubungan dengan diabetes. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
Dalam bidang farmasi seringkali dilakukan penelitian untuk mengetahui khasiat dari bebagai senyawa aktif yang dikandung dari berbagai bahan- bahan alam terlebih efek farmakologinya. Seperti pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui efek farmaklogi dari obat metformin, glibenklamid, dan glukovance terhadap hewan coba mencit. Sehingga dari percobaan ini bisa diketahui golongan obat- obat antidiabetes, berdasarkan hal tersebut maka sangat penting dilakukan percobaan ini.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami efek farmakologi yang ditimbulkan obat – obat antidiabetes terhadap mencit (Mus musculus).
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh obat – obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin dan glucovance terhadap kadar gula darah hewan coba mencit (Mus musculus).
I.2.3 Prinsip Percobaan
Penentuan efek farmakologi dari obat-obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin, dan glucovance terhadap hewan coba mencit berdasarkan kadar gula darah mencit (Mus musculus) yang diukur kadar gula darahnya setiap 10’, 20’ dan 30’ setelah diinduksi dengan glukosa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Hormon merupakan zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang masuk dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan secara spesifik . Sistem neuroendokrin yang diatur oleh kelenjar hipofisis dari hipotalamus, mengkoordinasi fungsi-fungsi tubuh dengan memancarkan pesan-pesan antara sel-sel dan jeringan-jaringan. Susunan saraf secara local berhubungan melalui impuls listrik dan neurotransmitter yang diarahkan melalui neuron ke neuron lain atau organ target yang spesifik, seperti otot atau kelenjar (1)
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptide insulin, glukagon dan somatostatin. Hormon peptide disekresikan dari sel – sel yang berlokasi dalam pulau – pulau langerhans ( sel beta yang menghasilkan insulin, sel alfa yang menghasilkan glucagon, dan sel D yang menghasilkan somastatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam pengaturan aktivitas metabolik tubuh dan dengan demikian membantu memelihara homeostatis glukosa darah. Pemberian preparat insulin dapat mencegah mortilitas yang berhubungan dengan diabetes. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute. (1)
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Disintesis sebagai protein precursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin dan peptide C , keduanya disekresi oleh sel beta pangkreas. (2)
Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator automik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel beta pankreas. Kadar ATP meningkatkan dan menghambat saluran K+ , menyebabkan membrane sel depolirasasi dan influx Ca++, yang menyebabkan pulsasi eksositosis insulin. (2)
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute. Diabetes dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan kebutuhan atas insulin yaitu diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM atau tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau tipe II) (2).
Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak, tetapi IDDM dapat juga terjadi di antara orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel-β berat. Diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat yang dapat diterima,dan mencegah ketoasidosis (2). Diabetes dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kebutuhan insulin yaitu: ( 2 )
1. Diabetes tipe I ( diabetes tergantung insulin )
Penyebab diabetes tipe I yaitu ledakan sekresi insulin pada kadaan normal terjadi satelah menelan makanan sebagai respon terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam amino yang bersirkulasi.
Pengobatan diabetes tipe I yaitu diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan ) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat (HbA) yang dapat diterima dan mencegah ketoasidosis.
2. Diabetes tipe II ( tidak tergantung insulin / NIDDM )
Penyebab tipe II yaitu pankreas masi mempunyai beberapa funsi sel-β, yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara.
Pengobatan tipe II yaitu memelihara konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit jangka lama.
Penggolongan obat hipoglikemik yaitu : ( 2 )
1. Sulfonilurea
Mekanisme kerjanya yaitu :
Ø Merangsang pelepasan insulin dari sel-β pankreas
Ø Mengurangi kadar glukosa dalam serum
Ø Meningkatkan pengikatan insulin pada jaringan target dan reseptor
2. Biguanida
Mekanisme kerja: mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis.
II.2 Uraian Hewan Coba
II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (4)
Karakteristik dari hewan coba (mencit) yaitu :
Masa berahi : 4 – 5 hari
Masa hamil : 19 - 21 hari
Jumlah sekali lahir : 10 -12 ekor
Berat lahir : 0,5 – 1,5 g
Masa hidup : 1,5 - 3 tahun
Produksi anak : 8 / bulan
Suhu tubuh : 36,5 – 38,00 c
Jumlah pernapasan : 94 – 163 per menit
Tekanan darah : 113 – 147/ 81 – 106 mmHg
Volume darah : 76 – 80 mg/ kg
Luas permukaan : 20 g : 36 cm
II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba (6)
Mencit merupakan salah satu jenis hewan menyusui dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
II.3 Uraian Bahan
1. Natrium Karboksimetilselulosa (3)
Nama resmi : Natrii Carbxymethylcellulosum
Sinonim : Natrium Karbosimetilselulosa
RM/BM : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85
Rumus bangun :
:
Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau hamper tidak berbau; higroskopik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai kontrol
- Aquadest (3 )
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagaai pelarut
3. Metformin (8)
Nama resmi : Metformini Hydrochloridi
Nama lain : Metformin hidroklorida
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform, sukar larut dalam etanol
RM / BM : C4H11N5.HCl / 165,6
Rumus struktur : NH NH
NCNH.CNH2-HCl
Dosis etiket : 500 mg
Dosis maksimum : 1,3 mg
Bentuk sediaan : Tablet
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : antidiabetik
Kontra indikasi : Kadar insulin, glukosa dan asam lemak bebas menurun. (2)
Mekanisme kerja : Berdaya mengurangi resisten insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. (7)
Indikasi : mengurangi hiperlipidemia , kolesterol LDL dan
VLDL menurun dan kolesterol HDL meningkat. (2)
Farmakokinetik : mudah diabsorbsi per – oral, tidak terikat dengan protein serum dan tidak dimetabolisme. Eksresi melalui urin (2)
Farmakodinamik : Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis. (2)
Efeksamping : penggunaan jangka panjang dapat mempengaruhi absorbsi vitamin B12, insufisiensi ginjal dan hati. (2)
1. Glibenklamida ( 8 )
Nama resmi : Glibenclamidum
Nama lain : Glibenklamida
Pemerian : serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau / hampir tidak berbau
RM / BM : C23H28CIN3O5S/ 494,0
Rumus struktur : a
CO-NH-CH2-CH2
OCH3
SO2-NH-CO-NH
Dosis etiket : 5 mg
Dosis maksimum : 1.3 mg
Bentuk sedian : Tablet
Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik
Khasiat : Antidiabetik
Kegunaan : Sebagai sampel
Farmakokinetik : potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25 % metabolitnya dieksresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21 % selama11/2 tahun. Karena semua sulfonilurea dimetabolisme di hepar dan dieksresi melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat. (5)
Farmakodinamik : merangsang insulin dari granul, sel beta langerhans pangkreas. Rangsanganya melalui interaksi ATP-sensitive K chanel pada membran sel-sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. (5)
Indikasi : pada keadaan yang gawat seperti stres,komlikasi infeksi dan pendarahan, insulin tetap merupakan terapi standar (5)
Kontra indikasi : Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul . Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan masa kerja panjang. Efek samping lain yaitu reaksi alergi jarang sekali terjadi mual,muntah, diare, gejala hemtologik, susunan saraf pusat,mata dan sebagainya (5)
Mekaisme kerja : Merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-β merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar. (5)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat – alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: glukometer, gelas kimia, hot plate, kanula, lumpang dan alu, neraca analitik, platform, pisau katter, dan timbangan kasar
III.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan yaitu: aquadest, glibenklamid, glukosa 50%, glukovance , kertas parkamen, strip , metformin HCl dan Na.CMC
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan Hewan Coba
1. Disiapkan hewan coba berupa mencit yang sehat
2. Mencit dipuasakan kurang lebih 8 jam
3. Mencit ditimbang sebanyak 4 ekor
4. Mencit diberi tanda
5. Mencit siap digunakan
III.2.2 Penyiapan Bahan
1. Na. CMC
- Ditimbang Na CMC sebanyak 350 mg
- Dipanaskan Air suling sebanyak 350 ml dipanaskan hingga 70oC, diangkat dan dibiarkan hangat
- Disiapkan lumpang dan alu, dimasukkan NaCMC dan ditambahkan air sedikit demisedikit ad 350 ml
- Digerus terus menerus hingga terbentuk suspensi
2. Pembuatan sediaan glukosa 50%
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang sukrosa 50 g
- Dilarutkan dalam 100 ml aquadest ad homogen
3. Pembuatan sediaan glibenklamid
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet glibenklamid satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
- Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap digunakan.
4. Pembuatan sediaan metformin
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet metformin satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 154 mg kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
- Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,63 ml dan sediaan siap digunakan.
5. Pembuatan sediaan Glukovance
- Disiapkan alat dan bahan.
- Ditimbang tablet glukovans satu per satu sebanyak 5 tablet, dihitung rata-ratanya.
- Digerus kelima tablet tersebut ad halus, ditimbang lagi 165 kemudian dicampurkan dengan 100 ml larutan Na.CMC ad larut.
- Dimasukkan sediaan ke dalam spoit oral 0,67 ml dan sediaan siap digunakan.
III.2.3 Perlakuan Hewan Coba
1. Mencit I
· Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
· Diberi glukosa 50% sebanyak 1 ml
· Dibiarkan selama 15 menit
· Diukur kadar gula darah mencit
· Diberi Na CMC sebanyak 1 ml
· Diukur gula darah mencit pada menit ke 10, 20 dan 30
2. Mencit II
· Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
· Diberi glukosa 50% sebanyak 1 ml
· Diukur kadar gula darah mencit
· Diberi sediaan metformin sebanyak 0,6 ml secara oral
· Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.
3. Mencit III
· Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
· Diberi glukosa 50% sebanyak 1 ml
· Diukur kadar gula darah mencit
· Diberi sediaan glukovance sebanyak 0,7 ml secara oral
· Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.
3. Mencit IV
· Diukur gula darah awal mencit dengan memakai glukometer
· Diberi glukosa 50% sebanyak 1 ml
· Diukur kadar gula darah mencit
· Diberi sediaan glibenklamid sebanyak 0,6 ml secara oral
· Diukur gula darah mencit pada menit ke 10 , 20 dan 30.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No | Zat uji | Berat mencit | Kadar gula awal (mg/dL) | Sesudah diinduksi (mg/ dL) | Kadar gula darah (mg/dL) setelah menit | ||
10’ | 20’ | 30’ | |||||
1 | Na CMC | 20 | 80 | 116 | 570 | 185 | 117 |
2 | Metformin | 19 | 22 | 313 | 338 | ||
3 | glibenklamid | 20 | 65 | 278 | 427 | ||
4 | Glukovance | 19 | 69 | 312 | 517 | 228 | 98 |
BAB V
PEMBAHASAN
Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolute.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar gula darah pada mencit. dengan memakai alat glukometer yang merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kadar gula darah. Pertama-tama diukur kadar gula darah awal dari mencit, setelah kadar gula darah awal mencit diketahui, diinduksi dengan pemberian sediaan glukosa 50% dibiarkan selama 15 menit kemudian diukur kadar gula darahnya mencit pertama diberi Na CMC, mencit kedua diberi glukovance dan mencit ketiga diberi glibenklamid dan mencit ke empat diberi metformin.
Untuk mencit yang diberi Na CMC, setelah diberi sediaan, diukur gula darah dan kadar gula darahnya meningkat terus sampai pada menit ke 10, dan turun kembali pada menit ke 20 dan 30. Na CMC pada percobaan ini berfungsi sebagai kontrol, yang tidak memberikaan efek, jadi penurunan kadar gula darah pada menit ke 20 dan 30 dikarenakan induksi glukosa telah bereaksi dengan insulin sehingga kadar gula darah kembali pada kadar gula darah normal.
Untuk mencit yang diberi glibenklamid, setelah diberi obat, kadar gulanya terus meningkat sampai menit 10 namun pada menit ke 20 dan 30 belum diketahui apakah kadar gula darahnya terus bertanbah atau sebaliknya. Ini dikarenakan praktikan kehabisan strip untuk pengukur kadar gula darah. Akan tetapi sesuai dengan literetur obat glibenklamid merupakan obat turunan sulfonylurea yang dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini termasuk obat anti diabetika. Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah dilanjutkan pada praktikum ini maka pada menit ke 20 atau menit 30 kadar gula darah akan turun melewati kadar gula darah awal kemudian kembali pada kadar gula darah normal. Obat-obat golongan ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet.
Mekanisme kerja glibenklamid yaitu merangsang sekresi insulin dari granul ses-sel β langerhans pankreas. Ransangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitif K chanel pada membran sel – sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel-β merangsang granula yang berisui insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah ang euivalen dengan peptida – C. Kecauli itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
Pada pemberian obat metformin, setelah diberi obat, kadar gulanya terus meningkat sampai menit ke-10 namun pada menit ke - 20 dan 30 belum diketahui apakah kadar gula darahnya terus bertambah atau sebaliknya. Ini dikarenakan praktikan kehabisan strip untuk pengukur kadar gula darah. Akan tetapi sesuai dengan literetur obat metformin merupakan obat turunan biguanida yang tidak dapat merangsang sekresi insulin. Sehingga obat ini digolongkan sebagai obat antihipoglikemi. Sehingga ada kemungkinan seandainya pengukuran kadar gula darah dilanjutkan pada praktikum ini maka pada menit ke 20 atau menit 30 kadar gula darah akan terus naik sampai glukosa yang diinduksi ketubuh mencit habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula darah kembali pada kadar gula awal atau normal.
mekanisme kerja metformin yaitu berdaya mengurangi resisten insulin,
meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin.
Menurut literatur obat yang efektif menurunkan kadar gula darah yaitu glibenklamid dimana selama 24 jam dapat tercapai regulasi gula darah optimal yang mirip pola normal. Adapun gula darah normal yakni 80 – 120 mg/ dL sedangkan kadar darah tinggi yaitu 248- 372 mg / dL
BAB VI
PENUTUP
VI . I Kesimpulan
Dari hasil pangamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Obat glibenklamid merupakan obat antidiabetes golongan sulfonylurea yang cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe II.
2. Obat metformin merupakan obat antihipoglikemi golongan biguanida yang cocok digunakan untuk penderita diabetes tipe I
VI.2 Saran
Kebersihan laboratorium diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Farmakologi Toksikologi, Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan, Makassar, 2009.p.67-68
2. Myceck J Mary, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta,
2002.p.259-261
3. Dirjen POM. Farmakope Indonesia ed. III, Depkes RI. Jakarta, 1979.p. 96,
401
4. Malole, M.B.M.Penanganan hewan percobaan. Bandung: ITB.1989.p.97
5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi
ed.V.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. 2007. p. 490.
6. Anonim.http://id.Wikipedia.org/wiki/mencit.com.18 Desember 2010
7. Tjay Hoan Tan. Obat obat penting ed.IV.Jakarta: PT Gramedia.202. p.
567, 568
8. Dirjen POM.Farmakope Indonesia Ed.IV.Jakarta.Depkes
RI.1995.p.410,534, 569
PERHITUNGAN BAHAN
1. Glibenklamid
DE : 5 mg
FK : 0,0026
Dosis untuk mencit = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
DM
Dosis yang ditimbang = x Bobot rata – rata tablet
DE
0,013mg
= ————— x 214 mg
5 mg
= 0,56 mg/mlx100 ml
= 56 mg = 0,056 b/v
Volume pemberian untuk mencit = 20
—— x 1 ml = 0,67 ml
30
2. Glukovance
DE : 500 mg
FK : 0,0026
Dosis untuk mencit = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
DM
Dosis yang ditimbang = x Bobot rata – rata tablet
DE
1,3mg
= ————— x 634,4mg
500 mg
= 1,65 mg/ml x 100 ml
= 165 mg = 0,165 b/v
Volume pemberian untuk mencit = 20
—— x 1 ml = 0,67 ml
30
3. Metformin
DE : 500 mg
FK : 0,0026
Dosis untuk mencit = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
DM
Dosis yang ditimbang = x Bobot rata – rata tablet
DE
1,3 mg
= x 593,2 mg
500 mg
= 1,54 mg/ml x 100 ml
= 154 mg 0,154 b/v
Volume pemberian untuk mencit = 19
—— x 1 ml = 0,63 ml
30
Perhitungan data pengamatan
1. Rata-rata Na CMC = 206 + 170 + 165
———————— = 180,5
3
2. Rata-rata glukosa 50% = 155 + 159 + 171
———————— = 161,6
3
3. Rata-rata glibenklamid = 33 + 57 + 77
—————— = 55,6
3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar